Kamis, 28 Februari 2013

Gowes : Trip to Jumapolo - Jumantono


"Duren! wah tiba juga musim duren, gowes ke sentra duren kayaknya asyik juga..."
Hal itulah yang terlintas di benak kami saat merencanakan arah tujuan gowes kami, rugi kalau musim durian ini tidak menikmati durian langsung ke sentra durian.

Minggu pagi sehabis subuh, kami telah bersiap dengan sepeda kami, biarpun sepeda jadul tapi tetap kokoh dan lincah menemani kami gowes beberapa puluh kilometer, waduk gajahmungkur wonogiri, waduk cengklik boyolali, karangpandan, waduk delingan, wana wisata bromo dan sebagainya telah kami tempuh dengan sepeda kami ini.

05.09
Start!
Menuju arah selatan, dari bekonang kami jalan ke timur lalu ke selatan, kami mengambil jalur memutari waduk mulur yang terletak di desa mulur kecamatan Bendosari Sukoharjo. Dimana waduk ini menjadi tujuan para pemancing dari berbagai daerah. Rute yang sama seperti ketika kami gowes ke Seplang Jumapolo, karena memang kami akan melewati daerah tersebut.








Waduk Mulur Sukoharjo ( www.solopos.com )


05.47
Selepas waduk mulur kami memasuki kawasan pedesan dan perkebunan yang begitu hijau, Dengan jalanan yang relatif sepi dan sedikit tanjakan, dengan begitu kami puas menikmati keindahan alam pagi ini. Mobil pun termasuk jarang melewati jalan ini pada pagi hari ini, hanya truk – truk pengangkut rombongan pemanen padi dan hasil panen berupa padi dan palawija.


06.20
Aah... Setelah sedikit tanjakan panjang akhirnya sampai pula kami di pertigaan seplang (perbatasan jumantono - jumapolo). Hanya satu tujuan kami di sini, sebuah warung soto kwali yang menjadi langganan kami. Kami memberi nilai 8 untuk citarasa masakan soto disini, benar benar pas dan menjadi menu sarapan yang nikmat. Bagi anda yang kebetulan lewat daerah ini bolehlah menyempatkan mampir, tepatnya disebelah barat pertigaan seplang.


Soto Kwali Pertigaan Seplang


07.09
Beberapa saat melepas lelah, kami melanjutkan perjalanan yang tersisa sekitar 5km menuju pasar Jumapolo, dimana tempat itu menjadi tujuan kami hari ini.
Semangat, semangat,... Ternyata jalanan menanjak, walaupun sedikit tapi lumayan panjang. Sepanjang kiri kanan kami tampak pohon durian yang sedang berbuah, karena memang saat ini sedang musim durian.
Juga rambutan dan ace (didaerah kami menyebut buah rambutan dengan dua jenis / nama, rambutan dan ace, dimana daging buah rambutan menempel erat pada isinya susah untuk dipisahkan, sedangkan daging buah ace amat mudah dikelupas (dikelotok) dari isinya )


07.26
Beberapa ratus meter dari pasar jumapolo kami menemui beberapa pedagang durian yang berjualan dipinggir jalan, aroma dari durian yang dijajakan begitu menggoda. Oh ya sebagai informasi, alasan kenapa kami membeli durian kepada pedagang, bukan langsung ke yang empunya pohon durian? Hal itu dikarenakan memang durian yang masih di pohon dan masih kecil-kecilpun sudah banyak yang jatuh ke tangan bakul ( seperti hal nya tengkulak ), dijual saat masih mentah ( walaupun tidak semuanya begitu ). 

Nyam.... Belah duren.....
Belah duren! Aha... biarpun masih pagi tapi nikmat juga menikmati durian yang ranum... Cukuplah satu buah durian untuk kami bertiga, cukup dimakan ditempat. Dan juga memang kami tidak membeli untuk oleh – oleh karena bagaimana kami bisa membawa pulang, mungkin akan malah memberatkan perjalanan kami bersepeda.


08.02
Okelah cukup, kamipun meneruskan perjalanan yang kami rencanakan akan melewati Jumantono, lewat pasar Jumapolo terus keutara, melewati kawasan hutan yang sepi. Berjalan kurang dari satu kilometer kami disambut dengan turunan tajam, lalu tanjakan, lalu turunan lagi, lalu tanjakan lagi. Kami terngiang pesan dari si penjual durian tadi, “ hati – hati mas, jalanan pegunungan, curam, kalau gak kuat nanti dituntun saja sepedanya.... “. Ternyata benar juga  kami sampai dua kali harus turun dari sepeda, karena memang tanjakan yang kami lalui benar – benar W..... O..... W.....!!!. Sepanjang jalanan kami tidak menemuai satupun pengendara sepeda melalui jalur ini, memang kami betul – betul nekat.
Sampai memasuki daerah jumantono, tetap saja ada tanjakan kami lewati.. fiuh... Barulah sampai perempatan Pasar Jumantono jalanan kembali landai, rata. Kami sempatkan untuk membeli beberapa botol minuman untuk tambahan bekal yang mulai menipis.

09.17
Go.. go... jalanan menurun membuat kami begitu bersemangat mengayuh pedal kami, satu lagi yang akan kami tuju setelah ini, Monumen Tanah Kritis. Dari nama monumennya sebenarnya udah ketahuan isinya, dan isinya memang sepetak ruangan yang dalamnya tanah kritis. Tanah kritis merupakan tanah yang memang kritis seperti hampir mati, maksudnya hampir tidak ada kehidupan di tanah kritis tersebut. Dahulu banget di daerah sekitar monumen tersebut memang tanahnya kritis dan seperti tidak ada kehidupan, namun karena keberhasilan konservasi tanah dan air maka sekarang sudah menjadi saerah subur dan produktif. Oleh karena itu, dibangunlah monumen tanah kritis untuk mengenang bahwa dulu pernah terjadi keadaan alam seperti itu. Sebuah monumen yang dibangun untuk mengingatkan kita bahwa bumi ini bukanlah warisan nenek moyang kita, tapi titipan dari anak cucu kita agar kita jaga kelestariannya. Terletak di wilayah yang masuk kecamatan jumantono Kabupaten Karanganyar.
Ini dia penampakannya :

Monumen Tanah Kritis


 
Tanah kritis





10.29
Setelah sejenak berhenti kamipun melanjutkan perjalanan pulang, tetap semangat walaupun masih ada beberapa turunan dan tanjakan curam yang harus kami lewati. Ternyata jauh juga perjalanan kami hari ini, kayaknya hari juga telah beranjak siang.
Dan sampai disini dulu catatan perjalanan kami, tunggu pengalaman perjalanan kami berikutnya. Salam Gowes!.







Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar