"Duren! wah tiba juga musim duren, gowes ke
sentra duren kayaknya asyik juga..."
Hal itulah yang terlintas di benak kami saat
merencanakan arah tujuan gowes kami, rugi kalau musim durian ini tidak
menikmati durian langsung ke sentra durian.
Minggu pagi sehabis subuh, kami telah bersiap dengan
sepeda kami, biarpun sepeda jadul tapi tetap kokoh dan lincah menemani kami
gowes beberapa puluh kilometer, waduk gajahmungkur wonogiri, waduk cengklik
boyolali, karangpandan, waduk delingan, wana wisata bromo dan sebagainya telah
kami tempuh dengan sepeda kami ini.
05.09
Start!
Menuju arah selatan, dari bekonang kami jalan ke
timur lalu ke selatan, kami mengambil jalur memutari waduk mulur yang terletak
di desa mulur kecamatan Bendosari Sukoharjo. Dimana waduk ini menjadi tujuan
para pemancing dari berbagai daerah. Rute yang sama seperti ketika kami gowes
ke Seplang Jumapolo, karena memang kami akan melewati daerah tersebut.
![]() | |||||||
| Waduk Mulur Sukoharjo ( www.solopos.com ) |
05.47
Selepas waduk mulur kami memasuki kawasan pedesan dan
perkebunan yang begitu hijau, Dengan jalanan yang relatif sepi dan sedikit
tanjakan, dengan begitu kami puas menikmati keindahan alam pagi ini. Mobil pun
termasuk jarang melewati jalan ini pada pagi hari ini, hanya truk – truk
pengangkut rombongan pemanen padi dan hasil panen berupa padi dan palawija.
06.20
Aah... Setelah sedikit tanjakan panjang akhirnya
sampai pula kami di pertigaan seplang (perbatasan jumantono - jumapolo). Hanya
satu tujuan kami di sini, sebuah warung soto kwali yang menjadi langganan kami.
Kami memberi nilai 8 untuk citarasa masakan soto disini, benar benar pas dan
menjadi menu sarapan yang nikmat. Bagi anda yang kebetulan lewat daerah ini
bolehlah menyempatkan mampir, tepatnya disebelah barat pertigaan seplang.
![]() |
| Soto Kwali Pertigaan Seplang |
07.09
Beberapa saat melepas lelah, kami melanjutkan perjalanan
yang tersisa sekitar 5km menuju pasar Jumapolo, dimana tempat itu menjadi
tujuan kami hari ini.
Semangat, semangat,... Ternyata jalanan menanjak,
walaupun sedikit tapi lumayan panjang. Sepanjang kiri kanan kami tampak pohon
durian yang sedang berbuah, karena memang saat ini sedang musim durian.
Juga rambutan dan ace (didaerah kami menyebut buah
rambutan dengan dua jenis / nama, rambutan dan ace, dimana daging buah rambutan
menempel erat pada isinya susah untuk dipisahkan, sedangkan daging buah ace
amat mudah dikelupas (dikelotok) dari isinya )
07.26
Beberapa ratus meter dari pasar jumapolo kami menemui
beberapa pedagang durian yang berjualan dipinggir jalan, aroma dari durian yang
dijajakan begitu menggoda. Oh ya sebagai informasi, alasan kenapa kami membeli
durian kepada pedagang, bukan langsung ke yang empunya pohon durian? Hal itu dikarenakan
memang durian yang masih di pohon dan masih kecil-kecilpun sudah banyak yang
jatuh ke tangan bakul ( seperti hal nya tengkulak ), dijual saat masih mentah
( walaupun tidak semuanya begitu ).
![]() |
| Nyam.... Belah duren..... |
Belah duren! Aha... biarpun masih pagi tapi nikmat
juga menikmati durian yang ranum... Cukuplah satu buah durian untuk kami
bertiga, cukup dimakan ditempat. Dan juga memang kami tidak membeli untuk oleh
– oleh karena bagaimana kami bisa membawa pulang, mungkin akan malah
memberatkan perjalanan kami bersepeda.
08.02
Okelah cukup, kamipun meneruskan perjalanan yang kami
rencanakan akan melewati Jumantono, lewat pasar Jumapolo terus keutara,
melewati kawasan hutan yang sepi. Berjalan kurang dari satu kilometer kami
disambut dengan turunan tajam, lalu tanjakan, lalu turunan lagi, lalu tanjakan
lagi. Kami terngiang pesan dari si penjual durian tadi, “ hati – hati mas,
jalanan pegunungan, curam, kalau gak kuat nanti dituntun saja sepedanya.... “.
Ternyata benar juga kami sampai dua kali
harus turun dari sepeda, karena memang tanjakan yang kami lalui benar – benar
W..... O..... W.....!!!. Sepanjang jalanan kami tidak menemuai satupun pengendara
sepeda melalui jalur ini, memang kami betul – betul nekat.
Sampai memasuki daerah jumantono, tetap saja ada
tanjakan kami lewati.. fiuh... Barulah sampai perempatan Pasar Jumantono
jalanan kembali landai, rata. Kami sempatkan untuk membeli beberapa botol
minuman untuk tambahan bekal yang mulai menipis.
09.17
Go.. go... jalanan menurun membuat kami begitu
bersemangat mengayuh pedal kami, satu lagi yang akan kami tuju setelah ini,
Monumen Tanah Kritis. Dari nama monumennya sebenarnya udah ketahuan isinya, dan
isinya memang sepetak ruangan yang dalamnya tanah kritis. Tanah kritis
merupakan tanah yang memang kritis seperti hampir mati, maksudnya hampir tidak
ada kehidupan di tanah kritis tersebut. Dahulu banget di daerah sekitar monumen
tersebut memang tanahnya kritis dan seperti tidak ada kehidupan, namun karena
keberhasilan konservasi tanah dan air maka sekarang sudah menjadi saerah subur
dan produktif. Oleh karena itu, dibangunlah monumen tanah kritis untuk
mengenang bahwa dulu pernah terjadi keadaan alam seperti itu. Sebuah monumen
yang dibangun untuk mengingatkan kita bahwa bumi ini bukanlah warisan nenek
moyang kita, tapi titipan dari anak cucu kita agar kita jaga kelestariannya.
Terletak di wilayah yang masuk kecamatan jumantono Kabupaten Karanganyar.
Ini dia penampakannya :
10.29
Setelah sejenak berhenti kamipun melanjutkan
perjalanan pulang, tetap semangat walaupun masih ada beberapa turunan dan
tanjakan curam yang harus kami lewati. Ternyata jauh juga perjalanan kami hari
ini, kayaknya hari juga telah beranjak siang.
Dan sampai disini dulu catatan perjalanan kami,
tunggu pengalaman perjalanan kami berikutnya. Salam Gowes!.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar